KLATEN-Pengembangan produk tenun lurik dengan eco-print sangat diperlukan agar dapat memperluas minat konsumen dan jangkauan pemasaran denga produk yang lebih beragam.
Hal itu dikatakan Menurut ketua kelompok UMKM Tenun Lurik Lawe Jowo di Desa Mlese Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten, Joko Triyanto.
“Selain pemanfaatan eco-print untuk pengembangan produk, peningkatan produktivitas juga dilakukan melalui modifikasi alat tenun bukan mesin atau ATBM,” kata Joko.
Berangkat dari situ, tim Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Slamet Riyadi Surakarta melakukan pendampingan pada para pelaku UMKM Tenun Lurik di desa tersebut.
Dengan dukungan dana dari Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kemdikbud tahun 2024, tim PKM yang dipimpin Dr Aris Eddy Sarwono telah melakukan banyak hal sejak awal Juli 2024, hingga saat ini.
Yakni, pelatihan pembuatan tenun lurik eco-print, melengkapi mesin dan peralatan, serta pendampingan manajemen produksi dan pemasaran.
Ada pin tujuan program pengabdian ini adalah penerapan teknologi tepat guna untuk meningkatkan produktivitas, diversifikasi, dan pemasaran produk.
“Kegiatan pengabdian ini diharapkan dapat membantu kelompok UMKM Tenun Lurik Lawe Jowo untuk meningkatkan produktivitas dan diversifikasi produk,” kata Dr Aris Eddy Sarwono.
Eco-print merupakan metode pembuatan motif atau pola pada kain menggunakan bahan-bahan alam, biasanya berupa daun atau pun bunga. Metode eco-print juga bersifat ramah lingkungan sehingga mengurangi resiko kerusakan lingkungan akibat penggunaan bahan pewarna sintetis.
Proses eco-print terdiri dari lima tahap, yaitu scouring, mordanting, pencetakan, pengukusan, dan fiksasi. Scouring merupakan tahap pembersihan kain dari sisa-sisa kotoran menggunakan larutan khusus
Selanjutnya proses mordanting yaitu merendam kain dalam larutan tawas yang berfungsi untuk membuka pori-pori serat kain agar pigmen alami tanaman mudah terserap dan memperkuat warna agar tidak mudah luntur, kemudian dilanjutkan dengan proses pencetakan motif pada kain menggunakan bagian-bagian tanaman seperti daun atau bunga dengan kriteria tertentu.
Tahap berikutnya yaitu pengukusan untuk memindahkan pigmen alami tanaman pada kain. Terakhir tahap fiksasi yang merupakan tahap penguncian warna alami dan motif yang telah tercetak pada kain sehingga tidak akan mudah pudar. Tahap ini diakhiri dengan penjemuran.
“Produk eco-print dengan bahan dasar kain lurik masih jarang ditemui, sehingga pengembangan produk ini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen pengggemar kain lurik,” jelasnya.(*)
Solo- Pembangunan nasional yang cukup dinamis memunculkan isu-isu yang semakin kompleks dan bersifat lintas sektoral. Permasalahan tersebut membutuhkan pendekatan holistik dan interdisipliner diantara...
SOLO-Pendidikan karakter penting dilakukan dalam membentuk identitas diri positif, upaya preventif terhadap berbagai perilaku negatif, mengembangkan keterampilan sosial, serta membentuk moral dan etika...
Solo- Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Surakarta menggelar 6th ICTESS (International Conference on Technology, Education, and Sosual Scince) dengan mengambil tema : Digital Transformation...
PATI-Dukuh Tumpang, Desa Porang- Paring, Kecamatan Sukolilo adalah salah satu daerah di Kabupaten Pati, Jawa Tengah di kawasan Pegunungan Kendeng, tepatnya di lereng...
Jakarta, 24 September 2024 – Universitas Slamet Riyadi, Surakarta, melalui Rektor Prof. Dr. Sutoyo, M.Pd., resmi menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Direktorat...
KLATEN-Pengembangan produk tenun lurik dengan eco-print sangat diperlukan agar dapat memperluas minat konsumen dan jangkauan pemasaran denga produk yang lebih beragam. Hal itu...
SOLO-Boyolali dikenal sebagai penghasil susu sapi. Namun belakangan ini susu sapi yang dihasilkan mengalami penurunan akibat adanya penyakit pada ternak sapi. Berdasarkan data...